Mata pelajaran sejarah yang diberikan kepada generasi muda sekarang ini, merupakan mata pelajaran sejarah yang sangat jauh dari kebenaran yang sesungguhnya. Banyak contoh yang dapat kita ambil sebagai hikmah dan sebagai pembelajaran untuk mengembalikan kembali nilai benarnya. Begitu pula dalam perjalanan sejarah Sunda khususnya, kita hanya mengenalnya sejak abad ke IV setelah kedatangan bangsa Hindu. Sedangkan jaman sebelum prasejarah (nirleka) sangat kosong dan banyak direkayasa demi kepentingan politis belaka dan mengecilkan arti Sunda yang sebenarnya. Salah satu contoh bahwa orang Sunda telah mampu menguasai Kambodya selama hampir satu abad (97 tahun). Kita selalu menutup mata terhadap apa yang ditulis oleh karuhun kita sendiri, hanya baru percaya oleh sesuatu yang datangnya dari para ahli luar negeri. Mari kita buktikan, dalam Encylopedia Americana V0. 5 halaman 250, dikatakan :” In the 6 Th century AD, Funan was overcome and anexed by Chenla, a vcasal state in what is now southern
Jauh sebelum jaman Megaliticum, di daerah Tatar Sunda sudah berpenduduk yang disebut manusia Sunda yang menganut agama Sunda dan menjalankan tatanan yang disusun menjadi tatanan Sunda. Kepercayaan mereka mengenai Tuhan yaitu wujud gaib yang tak dapat digambarkan dan tidak mampu manusia memberi namaNya, karena tidak dapat dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang ada di dunia ini; Ku harti moal katepi, ku akal moal kahontal, ngan karasa ku manusa ‘oleh pikiran tidak akan tercapai, hanya dengan rasa manusia”
Manusia Sunda pada waktu itu hidup dalam ruang yang disebut komunitas ‘ngabubuhan’ yang dikepalai oleh seorang ‘Daleum’. Tatanan kehidupan sosial mereka gotong royong ‘liliuran’ dan ‘paheuyek-heuyeuk leungeun’. Hal yang sangat dijauhi dalam kehidupan mereka adalah ‘mipit teu amit, ngala teu menta, menta teu bebeja, ngagedag teu bewara.Dan sangat menghormati tatacara: ngeduk cikur kudu mihatur, nyokel jahe kudu micarek; tigin kana jangji, bela kana lisan buyut saur larangan sabda, ulah kabita ku imah bodas, ulah kagendam ku pingping bodas, ulah heroy ku sangu bodas’. Betapa tinggi nilai falsafah yang mereka terapkan dalam tatanan kehidupan keseharian mereka. Namun kini apa yang terjadi ? Manusia Sunda lupa akan dirinya, sehingga tatanan yang telah menjadi norma tinggal hanya sebuah nilai yang diteliti di atas kertas.
Benarkah Orang Sunda Pendatang ?
Banyak pakar yang menyatakan bahwa orang Sunda khususnya dan
Segerombolan suku bangsa Aria yang menuju arah Selatan, sampailah di tanah Sunda, tepatnya di Pelabuhanratu (sekarang).
Nun jauh di
Memang tidak banyak yang menerangkan bahwa orang
Benarkah Parahiangan sebagai Pusat Dunia yang Hilang (Atlantis) ?
Untuk memudahkan menjawab pertanyaan di atas, mari kita buktikan dengan benda-benda hasil karya mereka. Salah satunya adalah Trappenpyramide, yaitu limas bertangga).
Di Jawa Barat (Tatar Sunda), Limas bertangga ini dahulu berfungsi sebagai tempat peribadatan begitu pula bagi orang Pangawinan (Baduy) dan bagi orang Karawang yang masih memegang teguh dalam adat tatali karuhun tidak boleh membangun rumah suhunan lilimasan. Bagi orang Jawa Tengah, menurut Dr. H.J De Graaf ‘hunnebedden’ dengan adanya candi-candi Hindu yang sudah sangat kental percampurannya, sehingga tidak lagi terlihat jati diri Jawa Tengahnya. Sedangkan candi-candi di Jawa Timur bentuk-bentuknya masih kentara keasliannya, karena tempelan budaya luar hanya sebagai aksesoris saja. Yang lebih jelas lagi di
Kembali ke daerah Polynesia, bangunan-bangunan purba ‘trappenpyramide’ tersebar di pulau Paska hingga ke Amerika Selatan yaitu di
Salah satu ekspedisi Kontiki - Dr. Heyerdahl, membuktikan dan memunculkan teorinya bahwa hal tersebut di atas merupakan hasil kebudayaan dari manusia putih berkulit merah (sawo matang). Walaupun teori ini banyak dibantah para ahli lainnya, namun dapat kita tarik satu asumsi bahwa manusia putih berkulit merah ini adalah manusia Atlantis yang hilang oleh daya magi.
Pembuktian ekspedisi Kontiki - Dr. Heyerdahl sekarang lebih terungkap itu ada benarnya. Sehingga bila melihat sejarah bahwa keturunan dari Tatar Sunda menyebrang hingga ke Polynesia itu adalah orang-orang Atlantis -- yang memang karuhun kita selalu menyembunyikan dalam bentuk simbol -- ekspansi kebudayaan dari Tatar Sunda ke daerah Polynesia, yaitu dengan adanya rombongan dari Palabuhanratu, dapat dibuktikan kebenaran-nya.!
Penulis tidak perlu memberikan satu kesimpulan, seperti uraian benarkah orang Sunda pendatang atau benarkah Parahiangan pusat Atlantis ? Di sini, silahkan sidang pembaca untuk menilai lebih jeli kebenaran yang ada, karena benar adalah benar ia harus absolut tidak relatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar